Selasa, 28 Juni 2016

Penulisan 4 - Analisis Keputusan Investasi Modal

Keputusan investasi modal berhubungan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan dan prioritas, pengaturan pembiayaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih asset jangka panjang.
Proses pembuatan keputusan sering disebut dengan penganggaran modal. Ada dua jenis penganggaran modal, yaitu:

  • Proyek Mutually Exclusive, suatu proyek yang  jika diterima akan membuat ditolaknya alternatif proyek lainnya
  • Proyek Independen, proyek yang jika diterima atau ditolak tidak akan mempengaruhi arus kas dalam proyek lain.
Keputusan investasi modal berhubungan dengan investasi pada asset jangka panjang. Salah satu tugas manajer adalah untuk menentukan apakah investasi modal akan dapat mengembalikan investasi awal dan memberikan return yang memadai. Secara umum disepakati bahwa return yang memadai harus menutupi biaya oportunitas dari modal yang diinvestasikan. Mengingat bahwa modal investasi sering diperoleh dari sumber yang berbeda, maka return yang dihasilkan juga merupakan campuran dari biaya oportunitas berbagai sumber yang digunakan dalam permodalan. Manajer harus memilih proyek yang menjanjikan maksimalisasi kekayaan pemilik perusahaan.
Untuk membuat keputusan investasi, manajer harus memperkirakan jumlah dan waktu munculnya arus kas, menilai resiko investasi, dan mempertimbangkan pengaruh proyek terhadap laba perusahaan. Salah satu hal tersulit adalah memperkirakan arus kas karena keakuratan arus kas akan meningkatkan reliabilitas keputusan investasi. Dalam membuat proyeksi arus kas, manajer harus mengidentifikasikan dan menghitung keuntungan terkait dengan proyek yang diusulkan.
Dalam membuat suatu keputusan investasi modal terdapat dua model yang dapat digunakan, yaitu:
  • Model Discounting, secara eksplisit menggunakan nilai waktu uang
  • Model Non-Discounting, mengabaikan nilai waktu uang.
Model Discounting
  1. Net Present Value, merupakan selisih/perbedaan antara nilai sekarang aliran kas keluar yang berhubungan dengan proyek.
  2. Internal Rate of Return, adalah tingkat diskonto pada saat NPV proyek sama dengan nol.
Model Non-Discounting
  1. Payback Period, jangka waktu yang digunakan oleh perusahaan untuk mengembalikan investasi awalnya.
  2. Accounting Rate of Return, mengukur return proyek dari labanya, bukan dari arus kasnya.
Sumber referensi:

Senin, 27 Juni 2016

Tugas 4 - Struktur Modal

Menurut Farah Margaretha (2004), Struktur Modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri.
Menurut Handono Mardiyanto (2009), Struktur Modal didefinisikan sebagai komposisi dan proposisi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.
Berdasarkan beberapa referensi di atas dapat disimpulkan bahwa, Struktur Modal adalah proposi dalam menentukan  pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal.
Teori-teori struktur modal, antara lain:

  1. Agency Theory, menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Pemegang saham berharap manajemen akan bertindak tegas atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut biaya agensi.
  2. Signaling Theory, suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal.
  3. Pecking Order Theory, mengansumsikan bahwa perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earning, kemudian utang beresiko kecil rendah dan terakhir ekuitas. Pecking Order Theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal.
  4. Trade Off Theory, menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang dalam struktur modal. Semakin besar utang yang digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan utang dengan biaya kebangkrutan.
Faktor penentu struktur modal, antara lain:
  1. Ukuran perusahaan, ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang telah dipertimbangkan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya asset suatu perusahaan. Perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan, kecenderungan untuk memakai dan eksternal juga semakin besar.
  2. Profitabilitas, Pada umumnya, perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Dalam hal ini perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Sehingga dapat disimpulkan, semakin tinggi ROE, maka semakin kecil proporsi utang di dalam struktur modal perusahaan.
  3. Likuiditas, semakin besar likuiditas (Current Ratio) perusahaan maka struktur modalnya (hutang) akan semakin berkurang karena perusahaan yang mempunyai aktiva lancar yang besar memiliki kemampuan untuk membayar hutangnya lebih besar. Dengan aktiva lancar yang besar ini, perusahaan akan lebih memilih untuk mendanai kegiatan usahanya dengan modal sendiri.
  4. Struktur Aktiva,  peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin lebih besar daripada modal sendiri.
Contoh kasus Struktur Modal:
Di bawah ini merupakan Struktur Modal PT. BTS
Analisis:
Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap struktur modal PT. BTS di atas, dapat disimpulkan bahwa PT. BTS lebih banyak menggunakan modal sendiri daripada modal yang berasal dari utang jangka panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan prosentase, yaitu modal eksternal sebesar 20%, sedangkan modal sendiri sebesar 80%.
Dapat dikatakan PT. BTS merupakan perusahaan yang memiliki struktur modal yang baik, karena penggunaan modal sendiri lebih besar daripada modal yang bersal dari hutang jangka panjang,

Sumber referensi: